Rabu, 26 Oktober 2011
Pengertian Fonem
Fonem-fonem Bahasa Indonesia
Sebelum ditemukan sejumlah fonem dalam bahasa Indonesia terlebih akan dirumuskan mengenai pengertian tentang fonem. Fonem adalah unsur bahasa yang terkecil dan dapat membedakan arti atau makna (Gleason,1961: 9). Berdasarkan definisi diatas maka setiap bunyi bahasa, baik segmental maupun suprasegmental apabila terbukti dapat membedakan arti dapat disebut fonem.
Setiap bunyi bahasa memiliki peluang yang sama untuk menjadi fonem. Namun, tidak semua bunyi bahasa pasti akan menjadi fonem. Bunyi itu harus diuji dengan beberapa pengujian penemuan fonem. Nama fonem, ciri-ciri fonem, dan watak fonem berasal dari bunyi bahasa. Adakalanya jumlah fonem sama dengan jumlah bunyi bahasa, tetapi sangat jarang terjadi. Pada umumnya fonem suatu bahasa lebih sedikit daripada jumlah bunyi suatu bahasa.
Berdasarkan kenyataan, ternyata di dalam bahasa Indonesia hanya ditemukan fonem segmental saja, dan bunyi suprasegmental tidak terbukti dapat membedakan arti. Oleh karena itu, dalam bahasa Indonesia tidak ditemukannya fonem suprasegmental. Itulah sebabnya dalam kajian berikut ini hanya dibicarakan fonem segmental bahasa Indonesia yang meliputi fonem vocal, fonem konsonan, dan fonem semi konsonan.
2.1.1 Fonem Vokal
Ada lima dalil atau lima prinsip yang dapat diterapkan dalam penentuan fonem-fonem suatu bahasa. Kelima prinsip itu berbunyi sebagai berikut :
- Bunyi-bunyi bahasa yang secara fonetis mirip apabila berada dalam pasangan minimal merupakan fonem-fonem.
- Bunyi-bunyi bahasa yang secara fonetis mirip apabila berdistribusi komplementer merupakan sebuah fonem.
- Bunyi-bunyi bahasa yang secara fonetis mirip apabila bervariasi bebas, merupakan sebuah fonem.
- Bunyi-bunyi bahasa yang secara fonetis mirip, yang berada dalam pasangan mirip merupakan sebuah fonem sendiri-sendiri.
- Setiap bunyi bahasa yang berdistribusi lengkap merupakan sebuah fonem.
Di antara kelima dalil diatas, hanya tiga buah dalil yang merupakan dalil yang kuat, yaitu dalil (a), (b), dan (c). dalil (d) dan (e) merupakan dalil yang lemah.
Ada sejumlah pengertian yang harus dipahami didalam dalil-dalil atau didalam prinsip-prinsip diatas. Pengertian-pengertian yang penulis maksudkan , yaitu:
1) Bunyi-bunyi yang secara fonetis mirip
Dasar yang dipakai untuk menentukan apakah bunyi-bunyi itu mirip secara fonetis ataukah tidak ialah lafal dan daerah artikulasi bunyi itu. Bunyi-bunyi yang dapat dikatakan mirip secara fonetis adalah sebagai berikut :
a) bunyi-bunyi yng lafalnya mirip dan seartikulasi. Misalnya, bunyi [p] dan [b].
b) bunyi-bunyi yang lafalnya mirip dan daerah artikulasinya berdekatan. Misalnya, bunyi [b] dan [d].
c) bunyi-bunyi yang lafalnya jauh berbeda dan seartikulasi. Misalnya, bunyi [b] dan [m].
d) bunyi-bunyi yang lafalnya mirip dan daerah artikulasinya berjauhan. Misalnya, bunyi [m] dan [n].
2) Pasanan Minimal
Pasangan minimal merupakan pasangan dua kata dasar yang artinya berbeda, jumlah dan urutan bunyinya sama, dan didalamnya hanya berbeda satu bunyi. Dari sebuah pasangan minimal hanya dapat diperoleh dua fonem. Misalnya, gali [gali] – kali [kali] adalah pasangan minimal dan dari pasangan minimal ini diperoleh dua fonem, yaitu /g/ dan /k/.
3) Distribusi Komplementer
Bilamana dua bunyi dikatakan berada dalam distribusi yang komplementer atau yang mempunyai distribusi yang komplementer? Untuk dapat mengetahui hal ini, perlu dilihat tempat kedua bunyi tersebut berada. Tempatnya dapat ditentukan dengan melihat jenis bunyi yang mengapitnya atau dapat juga ditentukan dengan melihat jenis suku tempatnya berada. Selanjutnya, yang perlu diperhatikan ialah bahwa kedua bunyi tidak pernah saling tukar tempat. Artinya, kalau bunyi yang satu selalu diapait oleh bunyi desis, maka bunyi yang satunya lagi selalu diapait oleh bunyi yang bukan desis. Apabila dua bunyi telah dapat dibuktikan tempatnya seperti ini, mak berarti kedua bunyi itu berada dalam distri busi komplementer atau keduanya berdistribusi komplementer. Demikian pula, kalau ada dua bunyi yang satu selalu ditemulan pada suku terbuka yang satunya lagi selalu ditemukan pada suku tertutup, maka berarti kedua bunyi itu berada dalam distribusi yang komplementer.
sumber: http://diansembilansatu.blogspot.com/2011/01/pengertian-fonem.html
Jumat, 07 Oktober 2011
Bahasa
Keunikan manusia sebenarnya bukanlah terletak pada kemampuan berpikirnya, melainkan terletak pada kemampuan berbahasanya.** Dalam hal ini maka Ernst Cassirer menyebut manusia sebagai animal symbolicum. Makhluk yang mempergunakan simbol, yang secara generic mempunyai cakupan yang luas dari pada homo sapiens, yaitu makhluk yang berpikir, sebab dalam kegiatan berpikirnya manusia mempergunakan simbol. Tanpa mempunyai kemampuan berbahasa ini maka kegiatan berpikir secara sistematis dan teratur tidak mungkin dapat dilakukan. Lebih lanjut lagi, tanpa kemampuan berbahasa ini maka manusia tak mungkin mengembangkan kebudayaannya. Sebab, tanpa mempunyai bahasa maka hilang pulalah kemampuan untuk meneruskan nilai-nilai budaya dari generasi yang satu kepada generasi selanjutnya.
Manusia dapat berpikir dengan baik karena dia mempunyai bahasa. Tanpa bahasa maka manusia tidak akan dapat berpikir secara rumit dan abstrak seperti apa yang kita lakukan dalam kegiatan ilmiah.
Bahasa memungkin manusia berpikir secara abstrak di mana obyek-obyek yang factual ditransformasikan manusia menjadi simbol-simbol bahasa yang bersifat abstrak. Dengan adanya transformasi ini maka manusia dapat berpikir mengenai sesuatu obyek tertentu meskipun obyek tersebut secara factual tidak berada di tempat di mana kegiatan berpikir itu dilakukan.
Adanya simbol bahasa yang bersifat abstrak ini memungkin manusia untuk memikirkan sesuatus ecara berlanjut. Demikian juga bahasa memberikan kemampuan untuk berpikir secara taratur dan sistematis. Transformasi obyek factual menjadi simbol abstrak diwujudkan lewat perbendaharaan kata-kata dan kata-kata ini dirangkaikan oleh tata bahasa untuk mengemukakan suatu Jalan pemikiran atau ekspresi peranan. Kedua aspek bahasa ini, yaitu aspek informatif dan emotif, tercermin dalam bahasa yang kita pergunakan. Artinya, kalau kita berbicara maka pada hakikatnya informasi yang kita sampaikan mengandung unsur-unsur emotif. Demikian juga kalau kita menyampaikan perasaan maka ekspresi itu mengandung unsur-unsur informatif.
Kalau kita telaah lebih lanjut maka bahasa mengkomunikasikan tiga hal, yakni buah pikiran, perasaan dan sikap. Atau seperti yang dinyatakan Kneller bahasa dalam kehidupan manusia mempunyai simbolik, emotif dan efektif. Fungsi simbolik bahasa menonjol dalam komunikasi ilmiah, sedangkan fungsi emotif menonjol dalam komunikasi estetik. Komunikasi dengan menggunakan bahasa akan mengandung unsur simbolik dan emotif ini. dalam komunikasi ilmiah sebenarnya proses komunikasi itu harus terbebas dari unsur emotif ini agar pesan yang disampaikan bisa diterima secara reproduktif. Artinya, identik dengan pesan yang dikirimkan. Namun, dalam prakteknya hal ini sukar untuk dilaksanakan. Inilah yang merupakan salah satu kelemahan bahasa sebagai sarana komunikasi ilmiah dimana menurut Kemeny bahasa mempunyai kecenderungan emosional.[]
*Diringkas dari “Filsafat Ilmu: Materi Dasar Pendidikan Program Akta Mengajar V, Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Universitas Terbuka, 1984”
**Oleh Suaibatul Aslamiyah, Mahasiswa Program Linguistik, SPs USU, 2011.
Contoh Fonem
Dalam pelaksanaan bunyi-bunyi ujaran, terjadilah pengaruh timbal-balik antara bunyi-bunyi ujaran yang berdekatan. Karena adanya pengaruh timbal-balik itu terjadilah perubahan-perubahan bunyi-ujaran; ada perubahan yang jelas kedengaran, ada yang kurang jelas kedengaran perubahan yang tidak jelas misalnya fonem /a/ yang berada dalam suku kata /a/ yang berada dalam suku kata terbuka kedengarannya lebih nyaring bila dibandingkan dengan fonem /a/ yang terdapat dalam suku kata tertutup. Bandingkan antara /a/ pada kata: pada, kata, rata , dengan pada kata: bedak, tidak, sempat , dan lain-lain.
Contoh:
1. al salam (Arab) > assalam > asalam
2. al malik (Arab ) > maalik > malik
Contoh Sinonim
1. Lalai : Lengah
a. Putra selalu lalai dalam tugasnya
b. Ibah lengah mengangkat jemurannya
2. Ampuh : Mujarab
a. Obat yang diminum pasien itu sangat ampuh menyembuhkan penyakitnya
b. Oskadon yang di minum ani sangat mujarab menghilangkan sakit kepala
3. Hias : Dandan
a. Wulan sangat pandai menghias rumahnya
b. Tuti selalu berdandan sebelum pergi ke kantor
4. Aroma : Bau
a. Masakan yang dibuat ibu di rumah aromanya sampai ke halaman rumah
b. Sampah yang ada di parit menimbulkan bau yang tidak enak
5. Kelendar : Almanak
a. Ayah mendapat kelender dari kantornya
b. Uwak bertanya kepada saya di mana almanak diletakkan?
Contoh Antonim
1. Lengah : Disiplin
a. Rudi lengan menjalankan perintah ayahnya
b. Karyawan itu selalu disiplin dalam melksanakan tugasnya
2. Ingkar : Patuh
a. Si pulan ingkar terhadap perintah tuhannya
b. Si ucok patuh terhadap semua yang diperintahkan tuhannya
3. Pelit : Darmawan
a. Pimpinan itu pelit terhadap para pegawainya
b. Ani adalah orang yang dermawan kepada sesamanya
4. Giat : Malas
a. Murid itu selalu giat dalam belajarnya
b. Karyawan itu malas melasanakan tugas yang di berikan atasannya
5. Molek : Jelek
a. Wati selalu terlihat molek dalam kesehariannya
b. Mira terlihat sangat jelek karna malas menyisir rambutnya
Contoh Homopon
1. Sanksi : Sangsi
a. Sanksi yang diterima pencuri itu sangat berat
b. Pulan sangsi untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh atasannya
2. Bank : Bang
a. Bank BRI sangat banyak peminatnya
b. Bang Zia sangat menyayangi isterinya
3. Apel : Apel
a. Abang selalu mengikuti apel pagi di kantornya
b. Kakak membelikan apel untuk adiknya
4. Amplop : Amplop
a. Pak pos memberikan amplop yang berisikan surat kepada para pelanggannya
b. Nazaruddin memberikan amplop kepada KPK sebagai sogokan
5. Bisa : Bisa
a. Ular itu racunnya sangat berbisa
b. Rausyan bisa menyelesaikan tugas sekolahnya dengan baik
Contoh Polisemi
1. Kepala : Pimpinan; bagian dari tubuh manusia
a. Kepala sekolah itu memungut iuran kepada siswa secara tidak resmi
b. Kepala saya pusing setelah melihat biaya kulia yang sangat mahal
2. Darah : Saudara kandung; cairan yang ada di dalam tubuh
manusia
a. Saudara sedarah itu berkelahi menggunakan pistol
b. Kaki ani berdarah karena jatuh dari kendaraannya
3. Nilai : Etika; hasil yang diterima setelah ujian
a. Wati memperoleh nilai yang buruk dari hasil ujiannya
b. Wak meri melanggar nilai budaya karna memanjat kelapa orang tanpa izin
4. Dekat : Jarak; hubungan antar individu
a. Jarak Medan-Stabat lebih dekat, dibanding Medan-Langsa
b. Kedekatan dosen dan mahasiswa itu mencurigakan
5. Tegar : Kuat; keras
a. Mira tegar dalam menghadapi cobaan
b. Ucok berbadan tegar karena sering fitness
Sumber:
Jinayah H. Matanggui, Kamus Sinonim, Jakarta: Grasindo, 2000.
Langganan:
Postingan (Atom)